Senin, 05 Januari 2015

PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS)
MIKORIZA
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Interaksi antar makhluk hidup merupakan hal lazim,
demikian pula pada dunia tumbuhan. Dalam proses tumbuh dan
berkembang, tumbuhan berinteraksi dengan lingkungan biotik dan
abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan lingkungan
biotik adalah dengan jamur (cendawan). Hubungan tersebut dapat
saling merugikan (parasitisme) atau saling menguntungkan
(mutualisme).
Salah satu contoh hubungan mutualisme antara tanaman
dengan jamur adalah mikoriza. Penyebaran mikoriza di berbagai
areal pertanaman di Indonesia sangat merata, mulai dari daerah
pantai hingga pegunungan, namun mikoriza berkembang cukup
baik di daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah pantai.
Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan salah satu
sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan karena seiring
semakin luasnya lahan kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk
kimia dan cekaman kekeringan, sehingga perlu upaya
pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi tanah
agar lahan kritis tidak semakin meluas.
Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi
pertumbuhan tanaman merupakan ancaman dalam budidaya
tanaman terutama dalam musim kemarau yang berkepanjangan.
Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem irigasi teknis dalam
upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian. Oleh
karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.
Penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang
pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan
kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah.
Selain itu aplikasi mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan
kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian,
perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan
ternak.
Berdasarkan hal tersebut maka Laboratorium PHP Banyumas
tahun anggaran 2010 melaksanakan kegiatan eksplorasi guna
mengembangkan dan memperbanyak mikoriza secara sederhana
sehingga pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh petani dan
masyarakat luas.
B. Tujuan
Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk mendapatkan bahan
pengendali OPT dan tahan terhadap kondisi cekaman tertentu
yang berwawasan lingkungan dan dapat dimanfaatkan di tingkat
lapangan
C. Keluaran
Tersedianya bahan pengendali OPT dan tahan terhadap
kondisi cekaman tertentu yang berwawasan lingkungan dan dapat
dimanfaatkan di tingkat lapangan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah mikoriza diambil dari bahasa Yunani yang secara harfiah
berarti jamur (mykes = miko) dan akar (rhiza). Istilah ini diusulkan
pertama kali oleh Frank pada tahun 1885 untuk menjelaskan bentuk
simbiosa mutualisme antara jamur dan akar tanaman tingkat tinggi.
Jamur memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana
(glukosa) dari tanaman untuk kelangsungan hidupnya, sebaliknya
menyalurkan air dan hara tanah khususnya N dan P untuk tanaman.
Ada beberapa tipe mikoriza, yaitu Endomikoriza / Mikoriza
Vesikular Arbuskular (MVA), ektomikoriza, ericoid mikoriza,
monotropoid mikoriza, mikoriza anggrek dan arbutoid mikoriza.
Namun secara umum tipe mikoriza yang banyak terjadi adalah MVA
dan ektomikoriza.
1. Endomikoriza / Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
MVA memiliki struktur berupa vesikel dan arbuskul. Vesikel
merupakan penggelembungan hifa MVA yang berbentuk bulat dan
berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Sedangkan arbuskul merupakan sistem percabangan hifa yang
kompleks, bentuknya seperti akar halus dan berfungsi sebagai
tempat pertukaran nutrisi antara jamur dan tanaman. MVA
berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati
(biofertilizer).
2. Ektomikoriza
Ektomikoriza memikili struktur berupa mantel hifa yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran nutrisi, tidak membentuk vesikel
maupun arbuskul dan umumnya membentuk badan buah yang
tergolong dalam kelas Basidiomycetes atau Ascomycetes.
Struktur anatomi MVA berbeda dengan ektomikoriza. Akar yang
bersimbiosa dengan ektomikoriza memiliki mantel yang dapat dilihat
dengan mata telanjang dan tidak masuk ke dalam dinding sel
tanaman inang, sedangkan akar yang bersimbiosa dengan MVA harus
diamati di bawah mikroskop setelah dilakukan perlakuan khusus dan
pewarnaan karena vesikel atau arbuskulnya terbentuk di dalam sel
inang.
Mikoriza berperan dalam meningkatkan ketahanan hidup
tanaman terhadap penyakit, kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya
dan meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya
kemampuan akar dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan. Akar
tanaman yang pendek dan serabut atau akar tanaman yang tidak
dapat tumbuh dengan baik akibat sifat fisik dan kimia tanah yang
rusak dapat terbantu perannya dalam menyerap air dan unsur hara.
Hifa mikoriza yang telah menginfeksi akar tanaman dapat menjulur
sampai 10 meter sehingga mampu menyerap unsur hara dan air
pada daerah yang tidak dapat terjangkau oleh akar. Pada tanaman
bermikoriza, respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan
cenderung lebih dapat bertahan dari kerusakan korteks dibandingkan
tanaman tanpa mikoriza. Gangguan perakaran ini tidak akan
berpengaruh permanen pada akar-akar bermikoriza. Peranan langsung
mikoriza adalah membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air
karena hifa cendawan masih mampu menyerap air dari pori-pori tanah
pada saat akar tanaman sudah mengalami kesulitan mengabsorbsi
air, hal ini dikarenakan hifa utama cendawan mikoriza di luar akar
membentuk percabangan hifa yang lebih kecil dan halus dari rambut
akar dengan diameter kira-kira 2μ m (Sasli, I, 2004).
III. HASIL PELAKSANAAN
A. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan ini, antara lain :
- Media tanam/perbanyakan :
pasir, pupuk kandang dan
zeolith
- Stater mikoriza
- Benih jagung, sorghum
- Pot plastic
- Tampah/bak plastic
- Pupuk urea
- Autoclave
- Kantong plastik
- Petridish
- Centong
- Jet sprayer
Gambar 1. Sebagian bahan dan
alat yang digunakan
B.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September 2010 di
Laboratorium PHP Banyumas
C. Tahap Pelaksanaan
1. Sterilisasi media
Media perbanyakan yaitu pasir, pupuk kandang dan zeolith
dipanaskan dalam autoclave selama 20 menit guna membunuh
mikroorganisme yang hidup pada media perbanyakan sehingga
mengurangi kompetisi antara mikoriza dengan mikroorganisme
lainnya dan agar tanaman inang tidak terserang hama penyakit.
Setelah steril, media perbanyakan dimasukkan kedalam pot – pot
plastik, media perbanyakan siap untuk digunakan.
Gambar 2. Sterilisasi media
tanam / perbanyakan
Gambar 3. Masukkan media
tanam / perbanyakan
kedalam pot-pot plastik
Gambar 4. Media tanam /
perbanyakan siap digunakan
2. Penanaman
Benih tanaman inang yaitu jagung dan sorghum
dikecambahkan terlebih dahulu. Benih yang telah berkecambah
akan meningkatkan prosentase pertumbuhannya karena media
tanam yang digunakan miskin unsur hara.
Buat lubang tanam pada media perbanyakan, sebaiknya
lubang jangan terlalu dalam kira-kira 2-3 cm dari permukaan
media. Masukkan stater mikoriza sebanyak 0,5 – 1 gr pada tiap
lubang tanam kemudian tanam benih.
Gambar 5. Benih tanaman
inang yang digunakan
Gambar 6. Stater mikoriza
dimasukkan kedalam media
tanam / perbanyakan
3. Inkubasi dan pemeliharaan
Inkubasi dilakukan dengan mengontrol dan mengamati
pertumbuhan tanaman inang yang diletakkan di suatu tempat.
Letakkan pada tempat yang cukup sinar matahari dengan
sesekali dilakukan penyiraman dan pemupukan. Penyiraman
jangan terlalu sering namun cukup menjaga kelembaban
permukaan media tanam dan pemupukan dilakukan secukupnya.
Pemeliharaan benih yang telah tumbuh juga meliputi
pengamatan hama penyakit, segera cabut tanaman yang
terserang.
Gambar 7. Tanaman inang
diletakkan di tempat yang
cukup sinar matahari
Gambar 8. Pemupukan
4. Stressing
Stressing bertujuan untuk menghambat atau menekan
pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi tertentu agar
mikoriza yang bersimbiosa dengan akar tanaman juga
mengalami tekanan sehingga dalam kondisi tertekan tersebut
mikoriza akan membentuk spora. Spora inilah yang akan
dipanen.
Stressing dilakukan dengan cara antara lain :
- Tanpa penyiraman
Dalam kondisi tanpa penyiraman, akar tanaman inang akan
mencari sumber air dan pada saat inilah simbiosa antara akar
dengan mikoriza akan berjalan optimal. Hifa-hifa mikoriza
akan memanjang untuk membantu akar mencari sumber air.
- Diletakkan dibawah sinar matahari
Dalam kondisi tanpa penyiraman kemudian dikombinasikan
dengan perlakuan pemaparan di bawah sinar matahari akan
semakin menekan kondisi fisik tanaman inang sehingga
diharapkan akan mempengaruhi juga kondisi mikoriza untuk
membentuk spora dalam mempertahankan hidupnya.
5. Topping
Topping bertujuan untuk memotong tajuk tanaman inang dan
menyisakan batang bawahnya kira-kira ¾ saja. Dalam kondisi ini
tanaman inang dan mikoriza mengalami kondisi tekanan sangat
tinggi. Tanaman inang akan mati dan mikoriza akan berusaha
mempertahankan diri dimana hifa-hifa mikoriza akan mengerut
dan membentuk spora.
6. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman inang mengalami
stressing, panen dilakukan dengan cara membongkar tanaman
inang lalu campur dan aduk media tanam, potong kecil – kecil
akar tanaman menggunakan gunting, campur potongan akar
tersebut dengan zeolith kemudian dikemas dalam kantong
plastik.
Gambar 9. Pembongkaran
tanaman inang
Gambar 10. Pemotongan
akar tanaman inang yang
telah terinfeksi mikoriza
Gambar 11. Pencampuran
potongan akar tanaman
inang dengan zeolith
Gambar 12. Pengemasan
mikoriza dalam media zeolith
Gambar 13. Mikoriza siap
digunakan
7. Aplikasi di lapang
Mikoriza efektif digunakan pada saat pembibitan karena
mikoriza akan segera menginfeksi jaringan akar muda sehingga
bibit yang akan diaklimatisasi memiliki perakaran yang telah
terlindungi dan terhindar dari serangan pathogen. Dosis yang
disarankan minimal 15-20 g per bibit dan diberikan pada saat
sore hari.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Mikoriza merupakan hubungan simbiosa mutualisme antara
tanaman dengan jamur (cendawan). Mikoriza berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya
kemampuan akar dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan
tanaman serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan pathogen akar dan tahan terhadap kondisi cekaman
tertentu, khususnya kekeringan.
Teknik perbanyakan mikoriza yang sederhana diharapkan
mampu dimanfaatkan dan dikembangkan di tingkat petani
sehingga diharapkan petani mampu memproduksi mikoriza
secara mandiri. Dengan kemampuan memproduksi secara
mandiri maka para petani mampu mengatasi lahan-lahan kritis
sehingga meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pertanian
di masa yang akan datang.
B. SARAN
Perlu dilaksanakan pengamatan lebih lanjut secara
mikroskopik di tingkat laboratorium mengenai kualitas mikoriza
yang dihasilkan serta masa viabilitas mikoriza dalam masa
penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Sasli, I., 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA)
dalam Meningkatkan Resistensi Tanaman Terhadap
Cekaman Kekeringan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawati, R, SP., 2010. Teknik Perbanyakan Mikoriza. Dalam
Workshop dan Pelatihan Agroekosistem pada Budidaya Tanaman
Tembakau. Surabaya.
Syah, J.A, dkk., 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula
untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis. Dalam Majalah
Sinar Tani Edisi 24-30 Oktober 2007.